Jumat, 09 April 2010
Part 1
Rembulan masih bercanda dengan burung malam, enggan pulang ke peraduan. Suasana kampus pun semakin sepi, hanya tembok-tembok bisu menemani. Capek, tapi syukur banget, gak nyangka kerjaan kelar juga! Haus dan lapar, membuat ingin segera pulang. Membayangkan makanan lezat buatan istri tercinta, kaki pun semakin cepat melangkah.
"Assalaamu alaikum...," seraya membuka pintu. Tak ada san, gelap, lampu-lampu telah dimatikan. Aaah... istri sudah lelap, sambil tangan memeluk kedua buah hati tercinta dengan bias penat di wajah. Mau mandi takut reumatik, karena sekarang udah masuk musim dingin, brrr... Ya udah dilap basah aja deh, kemudian baju yang rapi jali kalo ke lab, diganti dengan baju kebesaran, sarung butut dan kaos buluk.
"Ummi...!!!" teriakan membuatnya kaget dan terbangun,
lalu tergopoh-gopoh menghampiri. "Gimana sih, kok masak cuma segini! Lagian kok asin banget, masaknya sambil tidur ya!"
"Yang benar dong kalo masak, kan saya capek, mesti elajar, ngumpulin jurnal, buat masakan yang benar gak isa ya?"
Yaa... langsung deh, mendung berarak di telaga matanya.
Rasa kesal dan jengkel semakin membludak. Tak lupa sindiran, "Katanya dulu sering ikutan kursus masak, kursus ini kursus itu, mestinya tau dong cara melayani suami!"
Wah benar, tak lama hujan air mata pun tumpah.
"Cengeng banget sih, katanya mau jadi istri sholehah,
istri sholehah kan mesti patuh sama suami! Ya udah... sana buatin Indomie!" sembari duduk di depan TV.
Buyar rasanya nasehat yang pernah didengar tentang akhlak junjungan Rasulullah SAW kepada istri-istrinya. "Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya," demikian pesan Rasulullah Sallallaahu Alayhi Wasallam.
Tapi beliau kan Rasul, berkata dalam hati, beda dong!
*****
Fuih... kerjaan emang gak pernah abis-abis, selesai yang satu, yang lain menyusul. "Kalo gak gini kamu gak bakal selesai, di Jepang sistem belajarnya memang seperti ini," kata sensei. Dalam hati cuma ngedumel, "Wah, ngerjain banget nih!" Lalu sibuk lagi, gak pernah berhenti, selalu dikejar deadline jurnal yang menatap angkuh di depan meja elajar.
Suntuk baca jurnal, baca koran online dulu aah... nyantai bentar. Eh, ada email masuk, balas dong, teman lama rupanya. Wah dibalas lagi, "Chatting aja yuk," langsung dibalas, "Ayo, siapa takut!"
Lalu cekikikan depan komputer, mengenang masa-masa uliah dulu. Lho, kerjaan dari sensei gimana? Ntar SKS lagi, orang Jepang aja sering lembur sampai pagi, membenarkan dalam hati.
Kring... dering telepon, kaget, karena tadi khusyu' depan komputer. "Udah malam bang, kok belum pulang?" tanya istri.
"Iya nih, tuh sensei nyuruh itu ini, datanya salah-lah, eksperimennya gak benar-lah, padahal udah capek-capek ngerjain dari tadi, gak tau maunya apa sih?" disambung bla... bla... bla..., seribu satu alasan penyucian diri.
"Pulang aja dulu, ntar bisa sambung besok lagi," bujuk istri, perhatian banget sama suami. "Malam ini masakannya ditanggung enak lho, spesial buat abang tersayang," sambung istri kembali.
"Iya deh, ntar abang kerjain di rumah saja," luluh dengan kasih sayang istri, seraya jari mengirim pesan di layar komputer, "Besok ya chatting lagi."
"Gini nih, istri abang tersayang, masakannya enak banget," memuji masakan istri yang udah ludas, tak ada sisa. "Eh, kok dipuji, malah mesem-mesem sih?" tanya sang suami heran.
"Iya, saya juga belum makan. Tadi niatnya mau barengan, tapi lihat abang kaya'nya lapar banget, ya udah makan aja duluan, lagian dipikir kan pasti ada sisanya."
Gedubrag!!! "Kamu sih, gak bilang-bilang!!! Mestinya kasih tau, jadinya gak diabisin, jadi istri jangan cuma diam doang!!!"
Duuh... yaa Allah, salah lagi.
*****
"Abi...," teriak si sulung, keluar menyambut dan minta digendong. Anak, kadang jadi pelepas lelah. Capek karena sepekan keluar kota, rasanya langsung hilang, terhapus karena kerinduan kepada darah daging tercinta.
Duuh... bau apaan nih, "Belum mandi ya?" sambil mencium lagi sang buah hati. "Belum. Malah dari pagi, pe-de aja lagi."
Wah, nih ummi-nya gimana sih, punya anak kok gak diperhatiin! Jengkel muncul kembali.
"Abi, orang Jepang kok gak bau ya, padahal mereka kan jarang mandi?" iseng, tanya buah hati. "Iya kali'," acuh tak acuh menjawab.
Namanya juga anak kecil, pingin tau segala hal, "Kok abi gak tau sih? Kan katanya sekolah tinggi." Yee... nih anak, emang abi-nya ngurusin orang Jepang yang jarang mandi.
"Iya, kan mereka sibuk sekali, jadinya mungkin jarang mandi, lagian siapa bilang gak bau," jawab seenaknya. "Persis abi dong, kan abi mandinya juga cuma pagi," lugu, buah hati berujar. "Bandel ya!" seraya tangan menjewer. "Ummi...!!!"
teriaknya berlari sambil nangis.
"Assalaamu alaykum...," astaghfirullah... nih rumah pa kapal pecah? Pakaian yang udah kering tapi belum disetrika menggunung disana-sini, mainan berserakan, belum lagi cucian kotor, wow... berember-ember. Istighfar...
istighfar... sambil mengurut dada.
"Waalaykumussalam... afwan ya, belum sempat diberesi,"
seraya menggendong si kecil yang baru setahun lalu lahir, dan tangan satunya lagi membujuk si sulung yang masih menangis. Lalu kembali dengan kesibukannya, masak buat kekasih hati yang baru pulang presentasi.
"Istri sholehah itu mestinya bisa mengatur rumah tangga. Pintar membagi waktu, kapan harus masak, kapan nyetrika, nyuci, beresin rumah, biar gak berantakan seperti tadi. Nyambut kedatangan suami juga kan mestinya bisa lebih rapi, masa' sih nyambut suami penampilannya kucel banget, dandan dong, jadinya suami merasa dihargai, betah dirumah, kalo gak... siapa tahu tuh suami ntar kawin lagi, bla... bla... bla...," ceramah sang suami kepada istri, saat buah hati telah dibuai mimpi.
Gak lama, meledaklah tangis sang istri, kali ini terdengar lebih pilu.
"Ah... wanita, gampang sekali menangis," berkata dalam hati. Ngurus dua anak aja kok sulit sih, gimana ntar mau ikin Rasul bangga nih kelak di akhirat nanti?
"Assalaamu alaikum...," seraya membuka pintu. Tak ada san, gelap, lampu-lampu telah dimatikan. Aaah... istri sudah lelap, sambil tangan memeluk kedua buah hati tercinta dengan bias penat di wajah. Mau mandi takut reumatik, karena sekarang udah masuk musim dingin, brrr... Ya udah dilap basah aja deh, kemudian baju yang rapi jali kalo ke lab, diganti dengan baju kebesaran, sarung butut dan kaos buluk.
"Ummi...!!!" teriakan membuatnya kaget dan terbangun,
lalu tergopoh-gopoh menghampiri. "Gimana sih, kok masak cuma segini! Lagian kok asin banget, masaknya sambil tidur ya!"
"Yang benar dong kalo masak, kan saya capek, mesti elajar, ngumpulin jurnal, buat masakan yang benar gak isa ya?"
Yaa... langsung deh, mendung berarak di telaga matanya.
Rasa kesal dan jengkel semakin membludak. Tak lupa sindiran, "Katanya dulu sering ikutan kursus masak, kursus ini kursus itu, mestinya tau dong cara melayani suami!"
Wah benar, tak lama hujan air mata pun tumpah.
"Cengeng banget sih, katanya mau jadi istri sholehah,
istri sholehah kan mesti patuh sama suami! Ya udah... sana buatin Indomie!" sembari duduk di depan TV.
Buyar rasanya nasehat yang pernah didengar tentang akhlak junjungan Rasulullah SAW kepada istri-istrinya. "Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya," demikian pesan Rasulullah Sallallaahu Alayhi Wasallam.
Tapi beliau kan Rasul, berkata dalam hati, beda dong!
*****
Fuih... kerjaan emang gak pernah abis-abis, selesai yang satu, yang lain menyusul. "Kalo gak gini kamu gak bakal selesai, di Jepang sistem belajarnya memang seperti ini," kata sensei. Dalam hati cuma ngedumel, "Wah, ngerjain banget nih!" Lalu sibuk lagi, gak pernah berhenti, selalu dikejar deadline jurnal yang menatap angkuh di depan meja elajar.
Suntuk baca jurnal, baca koran online dulu aah... nyantai bentar. Eh, ada email masuk, balas dong, teman lama rupanya. Wah dibalas lagi, "Chatting aja yuk," langsung dibalas, "Ayo, siapa takut!"
Lalu cekikikan depan komputer, mengenang masa-masa uliah dulu. Lho, kerjaan dari sensei gimana? Ntar SKS lagi, orang Jepang aja sering lembur sampai pagi, membenarkan dalam hati.
Kring... dering telepon, kaget, karena tadi khusyu' depan komputer. "Udah malam bang, kok belum pulang?" tanya istri.
"Iya nih, tuh sensei nyuruh itu ini, datanya salah-lah, eksperimennya gak benar-lah, padahal udah capek-capek ngerjain dari tadi, gak tau maunya apa sih?" disambung bla... bla... bla..., seribu satu alasan penyucian diri.
"Pulang aja dulu, ntar bisa sambung besok lagi," bujuk istri, perhatian banget sama suami. "Malam ini masakannya ditanggung enak lho, spesial buat abang tersayang," sambung istri kembali.
"Iya deh, ntar abang kerjain di rumah saja," luluh dengan kasih sayang istri, seraya jari mengirim pesan di layar komputer, "Besok ya chatting lagi."
"Gini nih, istri abang tersayang, masakannya enak banget," memuji masakan istri yang udah ludas, tak ada sisa. "Eh, kok dipuji, malah mesem-mesem sih?" tanya sang suami heran.
"Iya, saya juga belum makan. Tadi niatnya mau barengan, tapi lihat abang kaya'nya lapar banget, ya udah makan aja duluan, lagian dipikir kan pasti ada sisanya."
Gedubrag!!! "Kamu sih, gak bilang-bilang!!! Mestinya kasih tau, jadinya gak diabisin, jadi istri jangan cuma diam doang!!!"
Duuh... yaa Allah, salah lagi.
*****
"Abi...," teriak si sulung, keluar menyambut dan minta digendong. Anak, kadang jadi pelepas lelah. Capek karena sepekan keluar kota, rasanya langsung hilang, terhapus karena kerinduan kepada darah daging tercinta.
Duuh... bau apaan nih, "Belum mandi ya?" sambil mencium lagi sang buah hati. "Belum. Malah dari pagi, pe-de aja lagi."
Wah, nih ummi-nya gimana sih, punya anak kok gak diperhatiin! Jengkel muncul kembali.
"Abi, orang Jepang kok gak bau ya, padahal mereka kan jarang mandi?" iseng, tanya buah hati. "Iya kali'," acuh tak acuh menjawab.
Namanya juga anak kecil, pingin tau segala hal, "Kok abi gak tau sih? Kan katanya sekolah tinggi." Yee... nih anak, emang abi-nya ngurusin orang Jepang yang jarang mandi.
"Iya, kan mereka sibuk sekali, jadinya mungkin jarang mandi, lagian siapa bilang gak bau," jawab seenaknya. "Persis abi dong, kan abi mandinya juga cuma pagi," lugu, buah hati berujar. "Bandel ya!" seraya tangan menjewer. "Ummi...!!!"
teriaknya berlari sambil nangis.
"Assalaamu alaykum...," astaghfirullah... nih rumah pa kapal pecah? Pakaian yang udah kering tapi belum disetrika menggunung disana-sini, mainan berserakan, belum lagi cucian kotor, wow... berember-ember. Istighfar...
istighfar... sambil mengurut dada.
"Waalaykumussalam... afwan ya, belum sempat diberesi,"
seraya menggendong si kecil yang baru setahun lalu lahir, dan tangan satunya lagi membujuk si sulung yang masih menangis. Lalu kembali dengan kesibukannya, masak buat kekasih hati yang baru pulang presentasi.
"Istri sholehah itu mestinya bisa mengatur rumah tangga. Pintar membagi waktu, kapan harus masak, kapan nyetrika, nyuci, beresin rumah, biar gak berantakan seperti tadi. Nyambut kedatangan suami juga kan mestinya bisa lebih rapi, masa' sih nyambut suami penampilannya kucel banget, dandan dong, jadinya suami merasa dihargai, betah dirumah, kalo gak... siapa tahu tuh suami ntar kawin lagi, bla... bla... bla...," ceramah sang suami kepada istri, saat buah hati telah dibuai mimpi.
Gak lama, meledaklah tangis sang istri, kali ini terdengar lebih pilu.
"Ah... wanita, gampang sekali menangis," berkata dalam hati. Ngurus dua anak aja kok sulit sih, gimana ntar mau ikin Rasul bangga nih kelak di akhirat nanti?
-----------------------------------------------------------------------------------------
Part 2
Baru saja dengan anak-anak tiba kembali di rumah, setelah menghantar ummi-nya ke rumah sakit, kelelahan, harus bedrest kata dokter.
Masih teringat pesan sang istri, "Jagain anak-anak ya, afwan... disuruh dokter istirahat 3 hari di rumah sakit, badan lemes banget rasanya, nanti kalau mau makan, simpanan abon dan rendang masih ada di lemari, lalu kalo...," belum sempat istri menyelesaikan perkataannya, udah disela, "Udah... gak apa-apa kok, insya Allah suasana akan aman dan terkendali." Wuih... pe-de abis selaku suami, semua masalah gampang diatasi, maklum laki-laki, berat di gengsi.
Wuaaah.....!!!
Perasaan, baru saja anak tertua asyik main dengan mainannya, kok bisa langsung nangis? "Abi.....!!! Mau pipis," teriaknya. Kaget, ide baru untuk membuat jurnal jadi buyar,
"Pipis sendiri gak bisa ya?" balas teriak, biar gak kalah wibawa dengan anak. "Temenin dong, wuaaah.....!!!" jeritnya lagi.
Waduh, anak-anak kok gak ngerti ya, sambil tergopoh-gopoh mendatangi. "Abi kan lagi sibuk, lain kali pipis sendiri!" gak upa mulut juga mengomel.
Belum juga sampai di toilet, "Abi..., udah pipis nih," sambil menunjuk celana dan lantai yang udah basah. Wuaaah.....!!!
Kali ini gantian berteriak, sambil gak lupa tangan ikut menjewer. Nih, rasain!!!
Kaget dengan teriakan, yang bungsu mendadak bangun, "Cup... cup... sayang, kaget ya?" sambil digendong.
Ke dapur, buatin susu botol, duuh... air panasnya abis, harus masak air dulu nih. Sementara tangis kedua buah hati semakin nyaring, wuaaah.....!!!
***
Alhamdulillah, lega...
Kedua buah hati tersayang udah kalem, yang bungsu kembali tidur sambil tangannya memegang botol susu. Hm... abangnya pun tampak pulas disampingnya. Istirahat dulu aaah..., menghela nafas sambil meregangkan otot, jemari tangan diremas sampai bunyi plitak-plituk, kepala diputar kiri-kanan, tak lupa badan juga diplintir, alhamdulillah, suasana aman dan terkendali.
Kerja lagi, sambil mendengarkan nasyid yang diputar dari Winamp. Lagu Teman Sejati-nya Brothers yang kembali dipopulerkan Snada mengalun, "....Selama ini kumencari-cari teman yang sejati / Buat menemani perjuangan suci / Bersyukur kini pada-Mu Ilahi / Teman yang dicari selama ini / Telah kutemui..."
Aaah...
Tiba-tiba terkenang saat dulu sebelum menikah. Sulitnya mencari teman sejati, belum lagi disindir sana-sini. "Sini deh dicariin, mau gak?" Iih, emangnya yang mau nikah situ! Sebel!!! Pake nyariin lagi, emang gue kagak laku!!! Biar gini-gini kuliahnya di Jepang boo...!!! Masa depan terjamin, nilai jual tinggi. Wuih... keren.
Emang, kadang seruntun pertanyaan silih berganti menelusup di hati, siap gak ya? Kan masih kuliah, ntar anak orang mau dikasih makan apa? Tapi, pernikahan begitu indah terdengar, ehm...
Namun, benar juga sebuah kata-kata bijak, 'Jika berani menyelam ke dasar laut mengapa terus bermain di ubangan, kalau siap berperang mengapa cuma bermimpi menjadi pahlawan?'
Bismillah..., niat untuk ibadah, maju tak gentar buat melamar.
Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar, kalaupun ada pernik-pernik pertengkaran, emangnya ada yang anteng-anteng saja? Rezeki selalu saja ada, emang selalu benar janjinya Allah.
Duuh... kala sepi begini, kok jadi kangen banget ya sama istri, adakah engkau pun memikirkan diriku, duhai kekasih hati?
Gleg! Mendadak jadi sentimentil.
Wuaaah.....!!!
Kaget lagi, lamunan amblas. Ya Allah..., lama-lama jantungan juga nih.
"Abi.....!!!" teriak anak tertua. Duh... anak laki-laki kok jadi cengeng gini? Mungkin karena beda umur ama adiknya jauh sih. Gak lama bunyi gedebag-gedebug, wah... berantem.
Rupanya kaki si kecil gak sengaja nendang abangnya waktu tidur, gak terima, abangnya balas juga.
Pusying... pusying...!!!
Ya udah, biar adil dua-duanya dicubit, "Nih rasain!!!" sambil nyubitnya pakai seni, diplintir.
Wuaaah.....!!!
Bukannya diam, tambah kencang menangis, malah saling sahut-sahutan. Yaa Allah... kok jadi begini? Gak tahan juga, akhirnya juga ikutan teriak dan lebih kencang, Wuaaah......................!!!!!
"Abi... Abi..., bangun dong, ditungguin nih sholat subuhnya! Kok ngigau teriak-teriak sih," buah hati membangunkan, seraya tangan kecilnya menggoyang-goyang tubuh abi-nya.
Yaa Allah... alhamdulillah, cuma mimpi.
Bergegas ambil wudhu, segar rasanya bangun di subuh hari, jiwa pun jernih laksana seorang sufi. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Asyhadu allaa ilaaha illallaah, wa Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah... senang rasanya saat mendengar si sulung melantunkan iqomat.
Kebahagiaan pun selalu berbunga-bunga, saat setiap selesai sholat buah hati selalu mencium tangan, dan tentu saja ciuman tangan dari seorang istri, tanda kepatuhan kepada suami. Tiada yang diharapkan, keridhoan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan ganjaran surga karena baktinya kepada suami tercinta.
Sebagai suami yang baik, ciuman mesra di kening istri tak lupa sebagai balasan, muah... seraya berbisik perlahan, "Maafkan abang ya, selama ini udah bersikap gak adil, terlalu banyak meminta, ingin semuanya sempurna, tetapi diri sendiri ternyata..." hanya air mata yang menetes haru.
Tampak semburat merah di wajahnya dan mata yang berkaca-kaca, bahagia. Memang, dibalik kelembutan mereka, istri-istri kita adalah manusia perkasa. Kesabaran mereka begitu indah, dan kepatuhannya tiada sirna ditelan usia.
Sebagai suami kadang kita tidak pernah mau mengerti, apa yang kita lihat harus selalu bersih, apa yang dicium haruslah wangi, segala rasa hanyalah kelezatan, yang didengar pun haruslah kemerduan. Padahal hitam dan putih, khilaf dan salah pastilah ada, karena mereka pun hanyalah manusia.
Aaah... aku semakin cinta.
"Abang...," terdengar suaranya manja, namun selalu saja dirindukan. Sambil senyum-senyum, "Ada kejutan nih, sepertinya hamil lagi, dari 3 hari yang lalu muntah-muntah melulu, ntar siang beliin mangga muda ya."
Wuaaah.....!!!
Masih teringat pesan sang istri, "Jagain anak-anak ya, afwan... disuruh dokter istirahat 3 hari di rumah sakit, badan lemes banget rasanya, nanti kalau mau makan, simpanan abon dan rendang masih ada di lemari, lalu kalo...," belum sempat istri menyelesaikan perkataannya, udah disela, "Udah... gak apa-apa kok, insya Allah suasana akan aman dan terkendali." Wuih... pe-de abis selaku suami, semua masalah gampang diatasi, maklum laki-laki, berat di gengsi.
Wuaaah.....!!!
Perasaan, baru saja anak tertua asyik main dengan mainannya, kok bisa langsung nangis? "Abi.....!!! Mau pipis," teriaknya. Kaget, ide baru untuk membuat jurnal jadi buyar,
"Pipis sendiri gak bisa ya?" balas teriak, biar gak kalah wibawa dengan anak. "Temenin dong, wuaaah.....!!!" jeritnya lagi.
Waduh, anak-anak kok gak ngerti ya, sambil tergopoh-gopoh mendatangi. "Abi kan lagi sibuk, lain kali pipis sendiri!" gak upa mulut juga mengomel.
Belum juga sampai di toilet, "Abi..., udah pipis nih," sambil menunjuk celana dan lantai yang udah basah. Wuaaah.....!!!
Kali ini gantian berteriak, sambil gak lupa tangan ikut menjewer. Nih, rasain!!!
Kaget dengan teriakan, yang bungsu mendadak bangun, "Cup... cup... sayang, kaget ya?" sambil digendong.
Ke dapur, buatin susu botol, duuh... air panasnya abis, harus masak air dulu nih. Sementara tangis kedua buah hati semakin nyaring, wuaaah.....!!!
***
Alhamdulillah, lega...
Kedua buah hati tersayang udah kalem, yang bungsu kembali tidur sambil tangannya memegang botol susu. Hm... abangnya pun tampak pulas disampingnya. Istirahat dulu aaah..., menghela nafas sambil meregangkan otot, jemari tangan diremas sampai bunyi plitak-plituk, kepala diputar kiri-kanan, tak lupa badan juga diplintir, alhamdulillah, suasana aman dan terkendali.
Kerja lagi, sambil mendengarkan nasyid yang diputar dari Winamp. Lagu Teman Sejati-nya Brothers yang kembali dipopulerkan Snada mengalun, "....Selama ini kumencari-cari teman yang sejati / Buat menemani perjuangan suci / Bersyukur kini pada-Mu Ilahi / Teman yang dicari selama ini / Telah kutemui..."
Aaah...
Tiba-tiba terkenang saat dulu sebelum menikah. Sulitnya mencari teman sejati, belum lagi disindir sana-sini. "Sini deh dicariin, mau gak?" Iih, emangnya yang mau nikah situ! Sebel!!! Pake nyariin lagi, emang gue kagak laku!!! Biar gini-gini kuliahnya di Jepang boo...!!! Masa depan terjamin, nilai jual tinggi. Wuih... keren.
Emang, kadang seruntun pertanyaan silih berganti menelusup di hati, siap gak ya? Kan masih kuliah, ntar anak orang mau dikasih makan apa? Tapi, pernikahan begitu indah terdengar, ehm...
Namun, benar juga sebuah kata-kata bijak, 'Jika berani menyelam ke dasar laut mengapa terus bermain di ubangan, kalau siap berperang mengapa cuma bermimpi menjadi pahlawan?'
Bismillah..., niat untuk ibadah, maju tak gentar buat melamar.
Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar, kalaupun ada pernik-pernik pertengkaran, emangnya ada yang anteng-anteng saja? Rezeki selalu saja ada, emang selalu benar janjinya Allah.
Duuh... kala sepi begini, kok jadi kangen banget ya sama istri, adakah engkau pun memikirkan diriku, duhai kekasih hati?
Gleg! Mendadak jadi sentimentil.
Wuaaah.....!!!
Kaget lagi, lamunan amblas. Ya Allah..., lama-lama jantungan juga nih.
"Abi.....!!!" teriak anak tertua. Duh... anak laki-laki kok jadi cengeng gini? Mungkin karena beda umur ama adiknya jauh sih. Gak lama bunyi gedebag-gedebug, wah... berantem.
Rupanya kaki si kecil gak sengaja nendang abangnya waktu tidur, gak terima, abangnya balas juga.
Pusying... pusying...!!!
Ya udah, biar adil dua-duanya dicubit, "Nih rasain!!!" sambil nyubitnya pakai seni, diplintir.
Wuaaah.....!!!
Bukannya diam, tambah kencang menangis, malah saling sahut-sahutan. Yaa Allah... kok jadi begini? Gak tahan juga, akhirnya juga ikutan teriak dan lebih kencang, Wuaaah......................!!!!!
"Abi... Abi..., bangun dong, ditungguin nih sholat subuhnya! Kok ngigau teriak-teriak sih," buah hati membangunkan, seraya tangan kecilnya menggoyang-goyang tubuh abi-nya.
Yaa Allah... alhamdulillah, cuma mimpi.
Bergegas ambil wudhu, segar rasanya bangun di subuh hari, jiwa pun jernih laksana seorang sufi. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Asyhadu allaa ilaaha illallaah, wa Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah... senang rasanya saat mendengar si sulung melantunkan iqomat.
Kebahagiaan pun selalu berbunga-bunga, saat setiap selesai sholat buah hati selalu mencium tangan, dan tentu saja ciuman tangan dari seorang istri, tanda kepatuhan kepada suami. Tiada yang diharapkan, keridhoan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan ganjaran surga karena baktinya kepada suami tercinta.
Sebagai suami yang baik, ciuman mesra di kening istri tak lupa sebagai balasan, muah... seraya berbisik perlahan, "Maafkan abang ya, selama ini udah bersikap gak adil, terlalu banyak meminta, ingin semuanya sempurna, tetapi diri sendiri ternyata..." hanya air mata yang menetes haru.
Tampak semburat merah di wajahnya dan mata yang berkaca-kaca, bahagia. Memang, dibalik kelembutan mereka, istri-istri kita adalah manusia perkasa. Kesabaran mereka begitu indah, dan kepatuhannya tiada sirna ditelan usia.
Sebagai suami kadang kita tidak pernah mau mengerti, apa yang kita lihat harus selalu bersih, apa yang dicium haruslah wangi, segala rasa hanyalah kelezatan, yang didengar pun haruslah kemerduan. Padahal hitam dan putih, khilaf dan salah pastilah ada, karena mereka pun hanyalah manusia.
Aaah... aku semakin cinta.
"Abang...," terdengar suaranya manja, namun selalu saja dirindukan. Sambil senyum-senyum, "Ada kejutan nih, sepertinya hamil lagi, dari 3 hari yang lalu muntah-muntah melulu, ntar siang beliin mangga muda ya."
Wuaaah.....!!!
dari Grup Facebook Penyejuk Kalbu
Rintik: Aishiteru
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)