Senin, 16 November 2009
Aku bermenung di tepian senja. Memandang lurus ke garis cakrawala. Melepas angan terbang bersama angin yang melintas. Lalu wajahmu memendar di hamparan layar jingga cakrawala. Matahari perlahan melindap ke balik kaki langit. Sebentar lagi malam datang. Menawarkan kelam. Seperti hatiku. Seperti hatiku...
Mengapa senja tak pernah tinggal abadi? Seperti cinta. Selalu saja ada saat yang memisahkan. Adakah di suatu negeri, dimana matahari senja tak pernah tenggelam? Aku ingin kesana. Mencari cinta yang memang hanya untukku. Hanya untukku. Selamanya. Tapi apa mungkin begitu? Terlanjur kuserahkan hatiku padamu. Seutuhnya. Tak bersisa.
Ah, mengapa segalanya selalu datang terlambat kepadaku? Seperti kamu. Ya, seperti kamu.
Mengapa senja tak pernah tinggal abadi? Seperti cinta. Selalu saja ada saat yang memisahkan. Adakah di suatu negeri, dimana matahari senja tak pernah tenggelam? Aku ingin kesana. Mencari cinta yang memang hanya untukku. Hanya untukku. Selamanya. Tapi apa mungkin begitu? Terlanjur kuserahkan hatiku padamu. Seutuhnya. Tak bersisa.
Ah, mengapa segalanya selalu datang terlambat kepadaku? Seperti kamu. Ya, seperti kamu.
Rintik: Pijar
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)