Sabtu, 23 Januari 2010
Apabila di suatu hari kita berhadapan dengan bapak tua pedagang buah, terengah-engah dengan pikulan dagangannya. Memang buah yang dijualnya berkualitas kelas 2. Akankah kita membelinya sekedar memberinya laba beberapa rupiah? Sementara di tikungan yang lain seorang pengemis meski terpincang namun berbadan tegap menadahkan tangan. Berapa rupiahkah yang akan kita julurkan ke tangannya?
Ternyata, Islam adalah agama yang memuliakan pekerjaan. Mari kita lihat fragmen-fragmen di bawah ini:
1. Di salah satu sudut jalan, Rasulullah SA berjumpa dengan sahabat Sa'ad bin Mu'adz al Anshari. Ketika itu Rasulullah melihat tangan Sa'ad melepuh, kulitnya merah kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari.
"Kenapa tanganmu," tanya beliau kepada Sa'ad.
"Wahai Rasulullah, tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul untuk menafkahi keluargaku"' jawab Sa'ad.
Seketika Rasul mengambil tangan Sa'ad dan menciumnya seraya berkata :"Inilah tangan yang tidak akan disentuh api neraka."
2. Suatu hari Rasulullah mengulurkan tangannya untuk berjabatan dengan Muadz bin jabal ra. Ketika itulah, beliau merasakan bahwa tangan Muadz kapalan dikarenakan kerja keras yang dilakukannya. rasul pun mencium tangan Muadz seraya bersabda :" Tangan ini dicintai Allah dan RasulNya, serta tidak akan disentuh api neraka".
Tangan-tangan yang dicium Rasul tersebut bukan tangan seorang syekh atau kiai, tapi tangan seseorang yang bekerja keras. Tangan yang justru melepuh, kasar dan kapalan!
Karena Rasul Menciumnya, maka kita tahu bahwa kerja keras itu mulia. Kita tahu bahwa giat mencari nafkah itu amal yang utama. Karena beliau menyebut bahwa tangan-tangan itu tak disentuh api neraka, maka kita tahu bahwa saat memeras keringat, ada surga di depan mata.
Seperti sabdanya :"Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka itu fii sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fii sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tak jadi pemita-minta, maka itu fii sabilillah. (HR. Thabrani)
Tags: sa'ad bin muadz, muadz bin jabal, bekerja, nafkah
Rintik: Kisah Islami