Rabu, 17 Februari 2010
Silahkan menangis kalau mau menangis karena rindumu kepada sang kekasih Allah Swt.
Rasulullah Saw...!
Bayangkan apabila Rasulullah SAW dengan seizin Allah SWT tiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita………
Beliau datang dengan tersenyum dan wajah bersih berseri di depan pintu rumah kita.
Apa yang akan kita lakukan?
Mestinya kita akan merasa sangat berbahagia, memeluk beliau erat-erat lantas mempersilakan beliau masuk ke ruang tamu kita.
Kemudian tentunya kita akan memohon dengan sangat agar Rasulullah SAW sudi menginap beberapa hari di rumah kita.
Beliau tentu tersenyum………
Tapi barangkali pula kita meminta Rasulullah SAW menunggu sebentar di depan pintu karena kita teringat CD dan play station yang ada di ruang tengah dan kita tergesa-gesa memindahkannya ke dalam.
Beliau tentu tersenyum………
Atau barangkali kita teringat pada gambar wanita mengumbar aurat yang kita pajang di ruang tamu kita, sehingga kita terpaksa juga memindahkannya ke belakang dengan tergesa-gesa.
Beliau tentu tersenyum………
Barangkali kita akan memindahkan lafal Allah dan Muhammad yang ada di ruang samping dan kita letakkan di ruang tamu.
Beliau tentu tersenyum………
Bagaimana bila kemudian Rasulullah SAW bersedia menginap di rumah kita?
Barangkali kita akan teringat bahwa adik kita lebih hafal lagu barat ketimbang menghafal sholawat kepada Rasulullah SAW.
Barangkali kita menjadi malu karena adik-adik kita tidak mengetahui sedikitpun sejarah Rasulullah SAW, karena kita lupa dan lalai mengajari adik-adik kita.
Beliau tentu tersenyum………
Barangkali kita menjadi malu karena adik kita tidak mengetahui satupun nama keluarga Rasulullah dan Sahabat, tetapi hafal di luar kepala nama tokoh-tokoh film kartun kesukaannya.
Barangkali kita terpaksa menyulap satu kamar menjadi ruang shalat.
Barangkali kita baru sadar bahwa para wanita di rumah kita tidak memiliki satu pun pakaian yang pantas dipakai untuk berhadapan dengan Rasulullah.
Beliau tentu tersenyum……
Belum lagi koleksi buku kita dan adik-adik kita
Belum lagi koleksi kaset kita dan adik-adik kita
Belum lagi koleksi poster di kamar kita dan adik-adik kita
Ke mana kita harus menyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita?
Barangkali kita menjadi malu karena pada saat maghrib keluarga kita malah sibuk di depan televisi.
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tak pernah menjalankan sholat sunnah.
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tak biasa membaca AlQuran.
Barangkali kita menjadi malu karena kita tidak mengenal tetangga sebelah rumah kita.
Beliau tentu tersenyum………
Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah menanyakan nama tukang sampah yang setiap hari lewat di depan rumah kita.
Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah menanyakan nama penjaga masjid di kampung kita.
Betapa senyum beliau masih ada di situ………
Bayangkan apabila Rasulullah SAW tiba-tiba muncul di depan pintu rumah kita……
Apa yang akan kita lakukan?
Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilakan beliau masuk dan menginap di rumah kita?
Ataukah akhirnya dengan berat hati kita akan menolak beliau berkunjung ke rumah karena hal itu akan membuat kita repot dan malu?
Maafkan kami ya Rasulullah………
Masihkah beliau tersenyum?
Senyum pilu, senyum sedih dan senyum getir…..
Masya Allah…..betapa memalukannya kehidupan kita saat ini di mata Rasulullah.
Rasulullah Saw...!
Bayangkan apabila Rasulullah SAW dengan seizin Allah SWT tiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita………
Beliau datang dengan tersenyum dan wajah bersih berseri di depan pintu rumah kita.
Apa yang akan kita lakukan?
Mestinya kita akan merasa sangat berbahagia, memeluk beliau erat-erat lantas mempersilakan beliau masuk ke ruang tamu kita.
Kemudian tentunya kita akan memohon dengan sangat agar Rasulullah SAW sudi menginap beberapa hari di rumah kita.
Beliau tentu tersenyum………
Tapi barangkali pula kita meminta Rasulullah SAW menunggu sebentar di depan pintu karena kita teringat CD dan play station yang ada di ruang tengah dan kita tergesa-gesa memindahkannya ke dalam.
Beliau tentu tersenyum………
Atau barangkali kita teringat pada gambar wanita mengumbar aurat yang kita pajang di ruang tamu kita, sehingga kita terpaksa juga memindahkannya ke belakang dengan tergesa-gesa.
Beliau tentu tersenyum………
Barangkali kita akan memindahkan lafal Allah dan Muhammad yang ada di ruang samping dan kita letakkan di ruang tamu.
Beliau tentu tersenyum………
Bagaimana bila kemudian Rasulullah SAW bersedia menginap di rumah kita?
Barangkali kita akan teringat bahwa adik kita lebih hafal lagu barat ketimbang menghafal sholawat kepada Rasulullah SAW.
Barangkali kita menjadi malu karena adik-adik kita tidak mengetahui sedikitpun sejarah Rasulullah SAW, karena kita lupa dan lalai mengajari adik-adik kita.
Beliau tentu tersenyum………
Barangkali kita menjadi malu karena adik kita tidak mengetahui satupun nama keluarga Rasulullah dan Sahabat, tetapi hafal di luar kepala nama tokoh-tokoh film kartun kesukaannya.
Barangkali kita terpaksa menyulap satu kamar menjadi ruang shalat.
Barangkali kita baru sadar bahwa para wanita di rumah kita tidak memiliki satu pun pakaian yang pantas dipakai untuk berhadapan dengan Rasulullah.
Beliau tentu tersenyum……
Belum lagi koleksi buku kita dan adik-adik kita
Belum lagi koleksi kaset kita dan adik-adik kita
Belum lagi koleksi poster di kamar kita dan adik-adik kita
Ke mana kita harus menyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita?
Barangkali kita menjadi malu karena pada saat maghrib keluarga kita malah sibuk di depan televisi.
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tak pernah menjalankan sholat sunnah.
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tak biasa membaca AlQuran.
Barangkali kita menjadi malu karena kita tidak mengenal tetangga sebelah rumah kita.
Beliau tentu tersenyum………
Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah menanyakan nama tukang sampah yang setiap hari lewat di depan rumah kita.
Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah menanyakan nama penjaga masjid di kampung kita.
Betapa senyum beliau masih ada di situ………
Bayangkan apabila Rasulullah SAW tiba-tiba muncul di depan pintu rumah kita……
Apa yang akan kita lakukan?
Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilakan beliau masuk dan menginap di rumah kita?
Ataukah akhirnya dengan berat hati kita akan menolak beliau berkunjung ke rumah karena hal itu akan membuat kita repot dan malu?
Maafkan kami ya Rasulullah………
Masihkah beliau tersenyum?
Senyum pilu, senyum sedih dan senyum getir…..
Masya Allah…..betapa memalukannya kehidupan kita saat ini di mata Rasulullah.
Rintik: Rasulullah
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)