Kamis, 04 Maret 2010
Sebagai khalifah, Umar menerima gaji dari negara yang dananya diambil dari Baitul Maal, semacam kas negara.
Alkisah pada suatu hari Khalifah Umar Bin Abdul Aziz mendapati istrinya menyediakan makanan yang beda dari biasanya. Di deretan hidangan, ada sepotong roti yang masih hangat dan harum.
Umar merasa heran dan bertanya kepada istrinya, “Dari mana roti ini?”
Istrinya menjawab bahwa itu buatannya sendiri dan sengaja dia buat untuk Umar.
“Setiap hari engkau sibuk dengan urusan negara dan umat, sesekali apa salahnya menyenangkanmu, wahai Amirul Mukminin,” kata istrinya.
“Berapa uang yang kamu perlukan untuk membuat roti seperti ini?” tanya Khalifah Umar.
“Hanya tiga setengah dirham. Kenapa memangnya?”
“Semua yang masuk ke perutku akan aku pertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah. Aku perlu tahu asal usul makanan dan minuman yang aku makan,” jawab Khalifah.
Istrinya terdiam.
“Lalu darimana uang yang tiga setengah dirham itu kau dapatkan?” tanya Umar lagi.
“Aku menyisihkan setengah dirham tiap hari dari uang belanja harian rumah tangga kita yang selalu kau berikan kepadaku, jadi dalam seminggu terkumpullah tiga setengah dirham. Itu cukup untuk membuat roti seperti ini,” kata istri Umar.
“Baiklah. Saya percaya asal usul roti ini halal dan bersih. Aku hanya berpikir bahwa itu berarti kebutuhan biaya harian rumah tangga kita harus dikurangi setengah dirham, agar tak mendapat kelebihan yang membuat kita mampu memakan roti yang lezat atas tanggungan umat.”
Alkisah pada suatu hari Khalifah Umar Bin Abdul Aziz mendapati istrinya menyediakan makanan yang beda dari biasanya. Di deretan hidangan, ada sepotong roti yang masih hangat dan harum.
Umar merasa heran dan bertanya kepada istrinya, “Dari mana roti ini?”
Istrinya menjawab bahwa itu buatannya sendiri dan sengaja dia buat untuk Umar.
“Setiap hari engkau sibuk dengan urusan negara dan umat, sesekali apa salahnya menyenangkanmu, wahai Amirul Mukminin,” kata istrinya.
“Berapa uang yang kamu perlukan untuk membuat roti seperti ini?” tanya Khalifah Umar.
“Hanya tiga setengah dirham. Kenapa memangnya?”
“Semua yang masuk ke perutku akan aku pertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah. Aku perlu tahu asal usul makanan dan minuman yang aku makan,” jawab Khalifah.
Istrinya terdiam.
“Lalu darimana uang yang tiga setengah dirham itu kau dapatkan?” tanya Umar lagi.
“Aku menyisihkan setengah dirham tiap hari dari uang belanja harian rumah tangga kita yang selalu kau berikan kepadaku, jadi dalam seminggu terkumpullah tiga setengah dirham. Itu cukup untuk membuat roti seperti ini,” kata istri Umar.
“Baiklah. Saya percaya asal usul roti ini halal dan bersih. Aku hanya berpikir bahwa itu berarti kebutuhan biaya harian rumah tangga kita harus dikurangi setengah dirham, agar tak mendapat kelebihan yang membuat kita mampu memakan roti yang lezat atas tanggungan umat.”
Kemudian Khalifah memanggil bendahara Baitul Maal dan meminta agar uang belanja harian untuk rumah tangga Khalifah dikurangi setengah dirham.
Lalu kepada istrinya, Khalifah Umar berkata, “Aku akan berusaha mengganti harga roti ini agar hati dan perut kita tenang dari perasaan bersalah karena telah memakan harta umat demi kepentingan pribadi.”
…
Lalu kepada istrinya, Khalifah Umar berkata, “Aku akan berusaha mengganti harga roti ini agar hati dan perut kita tenang dari perasaan bersalah karena telah memakan harta umat demi kepentingan pribadi.”
…
Rintik: Kisah Islami
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)